Tiga desainer muslim kenamaan asal Jawa Barat membuat gebrakan dengan melakoni misi pemotretan di di daratan Eropa Timur. Mereka adalah Meeta Fauzan, Rosie Rahmadi serta Deceu Suzan.
Perjalanan yang diberi nama “East Europe Photoshoot Trip” ini mengeksplorasi sejumlah lokasi menarik di tiga negara, yakni Austria (Vienna- Salsburg), Hongaria (Budapest) dan Chekoslovakia (Praha). Trip ini pun akan berakhir pada 14 September mendatang. Tak semata-mata pelesiran, ke tiga desainer ini pun mengemban misi untuk mengenalkan kha sanah kain Nusantara di kawasan Eropa Timur.
Selain batik, ma sing-masing perancang juga mem boyong beberapa warisan mo tif etnik untuk di publi asikan kepada masyarakat di sana. Ketiga desainer ini membawa masing-masing 3-4 karya busana andalan yang sudah dirancang dengan detail modifikasi kain lokal Indonesia. Hasil foto tersebut sedianya akan digunakan untuk kepentingan promosi dari setiap merek busana. Meeta Fauzan, salah satu desainer sengaja memersiapkan photoshoot mancanegara ini sejak tahun lalu. Tak heran pakaian yang dipersiapkan juga dirancang dengan kualitas dunia.
Dia berharap, misi unik ini sanggup mendongkrak popularitas warisan motif etnik Tanah Air di kancah internasional. “Terpilihnya tiga tempat tersebut karena pertimbangan sisi keindahan dan banyaknya situs budaya dunia yang ada disana. Jadi sekalian mengenalkan produk lokal Indonesia, sambil memelajari juga budaya di sana. Perjalanan ke negara Eropa Timur ini melibatkan tiga brandyaitu Detch, Gadiza, dan Meeta Fauzan,” ujar Meeta, belum lama ini di Bandung.
Menurutnya, kali ini dia sengaja membuat gimmickbaru dengan melakukan sesi pemotretan secara luar ruangan. Tak ada fashion show di area tertutup atau pun pameran fesyen seperti lazimnya. Pasalnya, kedua cara itu memang sudah sering dijalani beberapa desainer besar Tanah Air.
“Saya ingin menawarkan sesuatu yang baru kepada dunia luar. Misalnya dengan sesi pemotretan di tempat wisata, gedung bersejarah yang banyak mata melihat. Saya yakin ketika pulang, wawasan para desainer mau pun pihak masyarakat di sana akan semakin terbuka soal budaya,” tambahnya. Meeta Fauzan di sana menggunakan merek nama dia sendiri. Di ketiga negara, dia sengaja memamerkan produk batik dari Pekalongan yang didesain menjadi lebih smart casual.
Meeta lebih memilih batik Pekalongan dengan pertimbangan warna batiknya lebih berwarna mencolok. “Saya tidak menggunakan banyak detail seperti payet, namun lebih mendesain semi kasual, dinamis dan semi kaus bertekstur,” bebernya. Rosie Rahmadi salah satu desainer Jabar menambahkan, dia merasa antusias membawa hasil rancangan bertema Pantai Santolo, Garut. Untuk menarik perhatian, dia mengambil warna putih yang tersohor dari pasir Santolo dan biru laut.
“Konsentrasi promosi saya di sana adalah batik Garut. Tapi saya juga membuat ciri khas dengan warna yang lebih mendasar,” kata Rosie. Deceu yang menggunakan merek Detch tak kalah bersemangat. Dia pun melakukan sesi foto dengan hasil rancangannya yang menggunakan buatan tangan khas Garut. Deceu menyulam kain tradisional tersebut dengan sulam tangan di kain alat tenun bukan mesin (ATBM).
Dia lebih memilih desain yang simpel tapi mewah. “Warna yang akan diangkat juga lebih ke arah warna pastel dengan ciri khas dari saya. Sesi foto ini memilih Eropa Timur karena hal ini baru pertama kali dilakukan. Tak lupa, saya akan mengenalkan lebih jauh betapa indahnya motif etnik yang dibuat dengan tangan. Itu fokusnya,” jelas Deceu.
Photoshoot Trip ini juga didukung fotografer Azka Yasfa serta model profesional Hasya N Putri yang secara maraton mengenakan 12 busana dari ketiga perancang. “Mimpinya setelah misi ini selesai, produk busana muslim dari Jawa Barat bisa menjadi acuan tren fesyen muslim dunia,” tukasnya.
Dini Budiman
Kota Bandung
(ars)